. munog_addjoh: Puisi Cinta INDONESIA

Senin, 05 Maret 2012

Puisi Cinta INDONESIA

 »

PUISI CINTA INDONESIA

Puisi M.Yamin ‘ 1945
Abadilah Republik Indonesia
Untuk selama-lamanya,
Yang dilindungi tumpah-darah
Benua kepulauan yang indah,
Antara cakrawala langit yang murni Dengan bumi tanah yang sakti.
Di samping teman, di hadapan lawan Negara berdiri ditakdirkan Tuhan, Untuk keselamatan seluruh bangsa
Supaya berbahagia segenap ketika; Berbudi setia, tenaga Merdeka Dengan menjunjung kedaulatan Negara.
Di atas abu negara kedua
Kami membentuk negara ketiga, diiringkan lagu Indonesia Raya; Di bawah kibaran bendera bangsa,
Di sanalah rakyat hidup berlindung, Berjiwa merdeka, tempat bernaung.
Kami bersiap segenap ketika,
Dengan darah, jiwa dan raga,
Membela negara junjungan tinggi Penuh hiasan lukisan hati: Melur-cempaka dari daratan Awan angkasa putih kelihatan Buih gelombang dari lautan.
Hati yang mukmin selalu meminta Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Supaya Negara Republik Indonesia; Kuat dan kokoh selama-lamanya Melindungi rakyat, makmur selamat,
Hidup bersatu di laut-di darat.
Soekarno, Amanat Akhir Hayat :
Anakku,
simpan segala yang kau tahu.
Jangan ceritakan deritaku dan sakitku kepada rakyat, biarkan aku menjadi korban asal indonesia tetap bersatu.
Ini aku lakukan demi kesatuan, persatuan, keutuhan dan kejayaan bangsa. Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian,
bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya.
Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat
dan di atas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
- – -
SAJAK GARUDA
SELALU TERDENGAR OLEHKU SUARA, DARI PARUH GARUDA ITU :
kalau kau hisap darah rakyatku,
akan kutagih darah itu
kalau kau ambil tanah mereka,
akan kusengsarakan hari tuamu
kalau kau rebut hak mereka,
akan kubatalkan kebahagiaanmu
kalau kau rampok kenyang mereka,
akan kulaparkan anak cucumu
dan,
kalau kasih Tuhan kepada mereka kau halangi,
mayatmu tak ‘kan kuhormati
KALAU TELINGAKU KELIRU,
pastilah garuda HANYALAH GAMBAR DUNGU
(EMHA AINUN NADJIB – 1993
” DOA MOHON KUTUKAN “
RISALAH GUSTI – 1995 )
Aku Mendengar Suara
Jerit Hewan Yang Terluka
Ada Orang Memanah Rembulan
Ada Anak Burung Terjatuh Dari Sarangnya
Orang-Orang Harus Dibangunkan
Kesaksian Harus Diberikan
Agar Kehidupan Bisa Terjaga
(Rendra, Yogyakarta 1974)
- – -
Zaman Edan
hidup di zaman edan
suasana jadi serba sulit
ikut edan tak tahan
tak ikut tak kebagian
malah dapat kesengsaraan
begitulah kehendak Allah
sebahagia – bahagia orang lupa lebih bahagia orang sadar dan waspada
(RONGGOWARSITO, fragmen bait ketujuh Serat Kalatida)
- – -
PRAJURIT JAGA MALAM
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini.
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu……
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu !
(Chairil Anwar 1948, Siasat, Th III, No. 96 1949)
- – -
Setiap orang sederajat di hadapan hukum, menghargai hak-hak azasi, menghormati pikiran dan sikap sesama.
mengakui bahwa setiap
orang berhak memberikan saham pada kemajuan, prikemanusiaan nasionnya
dan kalau mungkin pada ummat manusia di semua penjuru dunia.
(Pramoedya Ananta Toer)
- – -
KITA ADALAH
PEMILIK SAH REPUBLIK INI
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus.
(Taufik Ismail, 1966)
- – -
“MERDEKA ATAOE MATI !”
Bila kemerdekaan itu berwarna merah
putihnya terpahat peluh dan darah
mengintip tiap lorong sejarah
mengalir bagai gemericik air
hingga ke lubuk terpencil
ia bernama sanubari
“MERDEKA ATAOE MATI !” bila kemerdekaan itu terus merekah
rebahkan tanah – tanah merah
bertumbuhanlah
pepohonan kaku bernama
bangunan kokoh berkaca
“MERDEKA ATAOE MATI !” bila kemerdekaan berganti wajah
hingga tumbuh jenuh tumpahkan lelah itu
karena sanubari
tak lagi ikut memekik
pekikkanlah “MERDEKA !”
yang berwarna merah
tapi pekiknya
tak mandi peluh dan darah
AZWINA AZIZ MIRAZA
“SI KANCIL GEMAR MENGUTIL”
( INA MENTARI ANUGRAH PROMINDO – 1996 )
PANJI DI HADAPANKU
Kaukibarkan panji di hadapanku
hijau jernih diampu tongkat mutu-mutiara
di kananku berjalan, mengirin perlahan, ridha-mu
rata, dua sebaya, putih-putih, penuh
melimpah, kasih persih.
Gelap-gelap kami berempat menunggu-nunggu
mendengar-dengar suara sayang, panggilan-panjang, jauh
terjatuh, melayang-layang
Gelap-gelap kami berempat , meminta-minta
memohon-mohon, moga terbuka selimut
kabut. pembungkus halus nokta utama.
Jika nokta terbuka raya
Jika kabut tersingkap semua
cahaya ridha mengilau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar